Jumat, 21 Agustus 2009

PESAN SPIRITUAL UNTUK CALEG

Oleh: Mursana, M.Ag

Rakyat Indonesia baru saja telah melaksanakan Pesta Demokrasi Pemilihan Umum. Pemilu yang yang diselenggarakan pada tanggal 09 April 2009 lalu itu bertujuan untuk memilih calon legislatif (wakil rakyat) pada formasi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten / Kota, DPRD Propinsi, DPR Pusat, dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang diikuti oleh 44 Partai Politik. Agenda acara lima tahunan tersebut sangat berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya. Jika pada pemilu sebelumnya menggunakan nomor urut sebagai nominasi yang berhak menjadi wakil rakyat, akan tetapi pada pemilu tahun 2009 menggunakan sistem suara terbanyak yang berhak menjadi wakil rakyat, baik untuk formasi DPRD Kabupaten / Kota, DPRD Propinsi, DPR Pusat, maupun untuk DPD. Sistem seperti ini akan membuka peluang bagi semua caleg untuk mendapatkan kursi. Karena bukan nomor urut lagi yang berhak mendapatkan kursi, melainkan suara terbanyak yang mencapai target satu kursi yang berhak menjadi wakil rakyat. Keadaan inilah yang membuat setiap caleg berjuang habis-habisan pada masa kampanye mencari simpati kepada masyarakat. Tentu saja memakan biaya yang tidak sedikit. Biaya kampanye dipergunakan untuk sosialisasi, akomodasi, tim sukses, dan bentuk-bentuk simpati lainnya.

Sangat disayangkan, para caleg yang mengikuti kompetisi pada pemilu tahun 2009 ternyata tidak semua mempunyai nawaitu yang tulus ikhlas, sehingga bisa terlihat ketika pada penghitungan suara sementara Komisi Pemilihan Umum suaranya tidak memenuhi suara satu kursi, mereka stress, depresi, bahkan lebih memalukan lagi dari caleg partai tetentu ada yang mengambil kembali karpet sumbangannya dari Majelis Ta’lim gara-gara suaranya sedikit. Padahal pada waktu kampanye karpet itu diberikan kepada Majelis Ta’lim dengan cuma-cuma.

Untuk menghindari stress, depresi, atau frustasi yang berlebihan, barangkali tidak ada salahnya apabila para caleg yang kalah dalam kompetisi pemilu yang lalu bekenan melihat dan berguru kepada kehidupan seekor burung dan cacing (baca Permadi Alibasya) yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Coba lihat dan perhatikan dengan mata hati nurani kita!. Seekor burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui di mana ia harus mendapatkannya. Karena itu, terkadang sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, terkadang ia pulang dengan membawa oleh-oleh makanan untuk keluarganya, tetapi sering juga ia pulang dalam keadaan perut masih keroncongan. Meskipun nampaknya burung lebih sering kekurangan makanan karena tidak mempunyai tempat kerja yang tetap, apalagi setelah lahannya diobrak-abrik oleh manusia untuk membangun Pabrik Rotan, Perumahan, dan Jalan Tol Palimanan – Plumbon - Kanci, namun yang jelas dan pasti, kita tidak pernah mendengar dan melihat ada burung yang stress atau depresi, apalagi berusaha untuk bunuh diri dengan cara membenturkan kepalanya ke batu cadas, atau gantung diri, bahkan sampai membakar diri karena takut tidak bisa memberi makanan kepada keluarganya seperti yang pernah dilakukan oleh manusia beberapa bulan yang lalu. Padahal burung, tempat mencari makanannya tidak pasti. Nampaknya seekor burung sangat menyadari betul bahwa demikianlah hidup, terkadang ada di atas, terkadang juga ada di bawah, terkadang ada kemudahan, terkadang juga ada kesulitan. Sewaktu-waktu perut kenyang, sewaktu-waktu juga perut lapar dan seterusnya.

Berbeda halnya dengan seekor cacing yang kehidupannya jauh lebih tidak menguntungkan dari pada burung. Seekor cacing seolah-olah ia tidak punya sarana untuk mencari makanannya. Coba lihat dan perhatikan dengan seksama!. Seekor cacing tidak mempunyai tangan dan kaki atau bahkan ia tidak mempunyai mata, kaki, dan telinga. Seekor cacing serupa tentunya dengan makhluk yang lainnya. Ia mempunya perut yang apabila tidak diisi dengan makanan, ia kelaparan dan akan mati. Walaupun dalam keadaan seperti seekor burung dan cacing, tetapi ia selalu berusaha, tawakkal dan qona’ah. Bagaimana dengan kondisi caleg yang dianugerahi akal pikiran luar biasa dibanding kedua binatang tersebut? Betapa malu dan bodohnya caleg apabila dikalahkan oleh seekor burung, apalagi oleh cacing. Bergurulah kepada seekor burung dan cacing. Jangan mudah putus asa. Perlu diingat bahwa dunia ini luas, tidak sesempit kuburan. Bila gagal bekerja sebagai wakil rakyat di DPRD Kabupaten / Kota, DPRD Propinsi, DPR Pusat, maupun untuk DPD, kenapa tidak mencari tempat usaha lain yang lebih menjanjikan daripada di tempat tersebut. Misalnya saja bertani, bercocok tanam, berjualan, atau bisnis barang-barang bekas seperti yang dilakukan oleh masyarakat panguragan. Pokoknya usaha apapun wajib dilakukan. Adapun hasil dari usaha tersebut, serahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Pasti Allah Swt. akan memberi rizki bagi para hambanya yang mau berusaha.

Islam sebagai Agama rahmatal lil’alamiin memiliki konsep sabar dan syukur. Bila kedua konsep ini dijalankan oleh umatnya, maka ia akan merasakan ketentraman dalam hidupnya. Orang yang sabar memiliki jiwa teguh dan kuat, apabila menghadapi berbagai tantangan, musibah, jiwanya tidak akan pernah goyah, tidak pula gelisah, panik dan tidak hilang sikap keseimbangannya. Setiap orang yang memiliki sikap kesabaran, ia tidak akan mudah menyerah, atau putus asa dalam melakukan usahanya, sekalipun pernah melakukan atau menjumpai kegagalan. Sedangkan perintah bersyukur setelah mendapat nikmat dalam Al-Qur’an sangat ditekankan sekali. Sehingga orang yang tidak mau bersyukur nikmat diancam oleh Allah dengan siksaan yang pedih (Ibrahim:7). Hikmah dari orang yang selalu syukur nikmat adalah akan senantiasa merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup, karena orang yang bersyukur selalu terhindar dari sifat-sifat tamak/rakus. Falsafah sunda mengatakan saeutik mahi, loba nyesa bahkan tiasa mereh. Sedikit: cukup, banyak: tersisa, bahkan bisa memberikan sesuatu kepada orang yang membutuhkan (infaq).Ia menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini semata-mata rencana dan kehendak-Nya. Dia Maha Mengetahui tentang segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi di masa yang akan datang. Orang yang bersyukur akan selalu merasa cukup dan puas terhadap rizki yang Allah berikan. Karena senantiasa menerima dengan ikhlas dan Ridho segala pemberian Allah. Hidup adalah cobaan. Kepada caleg yang memenangkan kompetisi pemilu lalu, hakekatnya sedang diuji apakah mau bersyukur atau tidak? Bagi caleg yang kalah, hakekatnya juga sedang diuji oleh Allah, apakah bisa sabar atau tidak?

Hidup di dunia adalah permainan. Dalam permainan pasti ada yang kalah ada yang menang. Barangsiapa yang memenangkan permainan, tidak pantas berlaku sombong. Dan bagi siapa yang kalah dalam permainan, tidak patut baginya berputus asa. Sebaik-baik orang yang menang adalah yang mau bersyukur. Dan sebaik-baik orang yang kalah adalah yang mau bersabar. Kepada Allah-lah tempat kita kembali.

Kepada caleg yang menang tentunya beberapa bulan lagi akan dilantik menjadi seorang pejabat Negara yang terhormat. Jadilah pejabat yang jujur, adil, dan amanat. Jangan sekali-kali sombong dan khianati kepercayaan dari rakyat. Sesungguhnya jabatan adalah amanat/titipan dari Allah. Dan atas kehendakNya pangkat dan jabatan manusia pasti akan dicabut olehNya. Sebab suatu jabatan atau pangkat sebenarnya adalah untuk ditunaikan fungsinya bukan untuk kesombongan. K.H.Abdullah Gymnastiar atau yang dikenal AA Gym selalu mengingatkan dalam berbagai kesempatan, bahwa kita sebagai manusia perlu berguru kehidupan kepada seorang tukang parkir. Coba perhatikan kehidupan si tukang parkir. Saudara kita yang selalu mengenakan/memakai seragam kuning atau orange ini sering kita jumpai di depan supermarket atau depan toko-toko, di setiap keramaian kota. Semua orang tahu siapa si tukang parkir ini. Hanya bermodalkan karcis kecil dan pluit, ia bisa mengeruk rizki setiap harinya untuk anak dan istri serta keluarganya. Ketika di lahan/area parkirnya begitu banyak mobil mewah atau motor keluaran terbaru, tetapi ia tidak sombong. Si tukang parkir selalu berusaha keras untuk menjaga kendaraan parkirannya sebaik mungkin. Begitu juga ketika kendaraan mobil mewah dan berbagai jenis motor itu, satu per satu meninggalkannya, ia tidak pernah sedih atau berputus asa. Bahkan ia selalu ramah dan memasang senyum lebar di bibirnya. Kenapa tukang parkir bisa seperti itu? Jawabannya karena sadar betul bahwa ia hanya bertugas menjaga dan merawat barang titipan itu dengan sebaik-baiknya. Ia tidak pernah merasa memiliki mobil mewah atau motor tersebut, karena memang bukan miliknya. Ia yakin suatu saat nanti mobil atau motornya, diambil kembali oleh sang pemiliknya.

Begitupun dengan atribut dan embel-embel yang selalu direbutkan banyak orang seperti pangkat, jabatan, kedudukan, harta benda yang melimpah, dan kecantikan, sesungguhnya adalah milik Allah Swt. yang diamanatkan kepada makhluk-Nya. Dan pada saatnya nanti kalau yang maha memiliki dan menguasai alam semesta (Al-Malik) akan mengambil titipan-Nya, maka mau tidak mau harus ikhlas menyerahkannya.

Oleh karena itu tidak pantas bagi manusia berlaku sombong di atas bumi ini, Allah Swt. berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu tidak akan mampu menembus (dalam) nya bumi, dan tidak akan mampu melebihi tingginya gunung” QS. Al-Isro’ : 37.

Akibat dari kecongkakan dan kesombongan manusia di muka bumi ini, jangan heran kalau Allah Swt. memberikan teguran/peringatan berbentuk tsunami, gempa, longsor, wabah penyakit flu burung, demam berdarah, kebakaran, angin puting beliung, tsunami kecil di Gintung tanggerang dan lain-lain, yang bertujuan agar manusia kembali lagi ke jalan Tuhannya. Wa Inna Ilaihi Raji’uun. Semoga.

* Mursana, M.Ag. : Ketua Pokjaluh Kandepag Kab. Cirebon, alumni Pesantren Darussalam Ciamis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar