Rabu, 19 Agustus 2009

HIDUP QONA’AH DI TENGAH INDUSTRI ROTAN SEPI

Oleh : Mursana, M.Ag.*

“Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Industri Rotan adalah termasuk komoditas export andalan di Kabupaten Cirebon, namun sudah menjadi kebiasaan setiap mendekati bulan Agustus, Industri Rotan yang ada di Kabupaten Cirebon mengalami kesepian. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya adalah; Negara yang menjadi tujuan Export sedang musim dingin/salju, musim liburan, dan adapula negara yang menjadi tujuan export tersebut menolak, seperti negara China.
Apapun alasannya, yang jelas apabila Industri Rotan tersebut sepi, maka dampaknya adalah pengangguran. Ribuan karyawan Rotan tidak menentu nasibnya. Ada yang beralih profesi menjadi tukang becak, menjadi penjual es buah, menjadi kuli bangunan, bahkan ada pula yang menjadi penganggur total.
Bisa dibayangkan apabila ratusan ribu masyarakat Cirebon menganggur, terutama yang tinggal di Kecamatan Weru, Plered, Tengah Tani, Kedawung, Plumbon, Klangenan, Palimanan dan Arjawinangun, maka akan berdampak kerawanan sosial seperti maraknya perjudian, pelacuran, pencurian dan kejahatan lainnya. Apapun bisa terjadi pada masyarakat kita di saat perut sedang kosong, kebutuhan hidup semakin meningkat sedangkan uang tidak ada, kecuali apabila masyarakat kita mau menerapkan konsep hidup kona’ah, seperti yang diajarkan oleh Rasulullah Saw.
Qona’ah merupakan akhlak mahmudah; merasa diri kecukupan terhadap rizki yang Allah berikan, berapapun (besar-kecil)nya selalu cukup karena disyukuri. Orang yang memiliki sifat Qona’ah adalah orang yang kaya sesungguhnya, walaupun dia kelihatan miskin. Sebaliknya orang yang tidak memiliki sifat qona’ah adalah orang yang miskin sesungguhnya, walaupun dia kelihatan kaya. Banyak sekali hadits Nabi Saw yang memerintahkan agar kita mempunyai sifat Qona’ah, diantaranya adalah:
“Qona’ah itu perbendaharaan yang tidak akan lenyap”
“Kekayaan itu bukanlah karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kaya hati (Qona’ah).” HR. Bukhori dan Muslim.
“Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, rizkinya cukup, dan merasa cukup dengan apa-apa yang diberikan Allah SWT.” (HR. Muslim)
Untuk menanamkan sifat qona’ah kepada masyarakat memang tidak mudah, tidak seperti membalikkan telapak tangan. Paling tidak harus dimulai dari para tokoh masyarakat dan para pemimpinnya. Apabila para tokoh dan pemimpin masyarakat mampu memberi contoh hidup Qona’ah kepada masyarakat, bukan hidup yang serba poya-poya, maka otomatis masyarakat juga akan mengikutinya. Apalagi masyarakat Cirebon termasuk kategori masyarakat manut. Dari zaman dulu sampai sekarang masyarakat Cirebon selalu manut apa kata pemimpinnya atau orang yang ditokohkannya, selama pemimpin itu selalu mengantarkan kepada segala sesuatu yang maslahat untuk masyarakat. Tetapi apabila mereka coba-coba menghianatinya, jangan harap masyarakat akan manut.
Hidup secara Qona’ah inilah alternatif yang paling tepat bagi masyarakat Cirebon terutama di saat Industri Rotan sedang sepi. Jika kehidupan seperti ini tidak dimiliki, mereka akan terjebak ke dalam kehidupan Hedonisme dan materialisme. Kehidupan Hedonisme dan materialisme akan menyeret masyarakat ke dalam kehidupan yang rakus dan tamak, akibat tidak memiliki kepuasan dan jarang mensyukuri nikmat-Nya. Bagi orang-orang dhu’afa ingin menjadi kaya mendadak dan apabila sudah kaya ingin menjadi kaya lagi sampai menjadi konglomerat. Bagi seorang staff ingin menjadi pejabat, bila sudah menjadi pejabat ingin lebih tinggi lagi jabatannya. Begitulah nafsu dan ambisi manusia dalam berupaya memperoleh nikmat dunia, sehingga Allah memperingatkan dalam Q.S. Attakatsur ayat 1-8 yaitu :
“Bermegah-megahan telah melalaikan kamu sampai kamu masuk ke dalam kubur. Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatan itu). Kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui. Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahi dengan pasti, niscaya kamu benar-benar akan melihat Neraka Jahim, kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri, kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megahkan di dunia itu)”
Hawa nafsu adalah anugerah yang terbesar dari Allah dan potensi bagi setiap manusia. Namun banyak manusia yang terjebak oleh nafsu itu sendiri, karena ia tidak bisa mengendalikannya. Al-Ghozali mengatakan; Bahwa potensi nafsu yang dimiliki manusia itu ibarat orang yang minum air laut/asin di saat kehausan, makin banyak diminum semakin haus. Sementara al-Busyairy mengatakan bahwa potensi nafsu pada diri manusia itu ibarat seorang bayi yang sedang menyusu kepada Ibunya. Ia tidak akan melepaskan penyusuan, selama Ibunya tidak mau melepaskan. Itulah potensi nafsu pada diri manusia yang akan terus menggerogoti manusia, selama ia tidak menghentikannya dengan Iman. Dengan kata lain orang yang tidak mempunyai keinginan untuk menghentikan hawa nafsunya, hidupnya akan selalu diliputi kegelisahan dan ketidaktenangan. Maka Islam datang sebagai agama rahmatal lil’alamin memberikan konsep hidup secara qona’ah untuk mencapai tujuan hidup bahagia di dunia dan akherat. Kehidupan secara qona’ah akan selalu siap menghadapi kehidupan seperti apapun. Jangankan situasi dan kondisi yang lapang, kehidupan yang sempitpun siap menghadapinya.
Manusia sebagai makhluk sempurna, barangkali tidak ada salahnya apabila mau melihat dan berguru kepada kehidupan seekor burung dan cacing (baca Permadi Alibasya) yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Coba lihat dan perhatikan dengan mata hati nurani kita!. Seekor burung setiap pagi keluar dari sarangnya untuk mencari makan tanpa mengetahui di mana ia harus mendapatkannya. Karena itu, terkadang sore hari ia pulang dalam keadaan perut kenyang, terkadang ia pulang dengan membawa oleh-oleh makanan untuk keluarganya, tetapi sering juga ia pulang dalam keadaan perut masih keroncongan. Meskipun nampaknya burung lebih sering kekurangan makanan karena tidak mempunyai tempat kerja yang tetap, apalagi setelah lahannya diobrak-abrik oleh manusia untuk membangun Pabrik Rotan, Perumahan, dan Jalan Tol Palimanan – Plumbon - Kanci, namun yang jelas dan pasti, kita tidak pernah mendengar dan melihat ada burung yang berusaha untuk bunuh diri dengan cara membenturkan kepalanya ke batu cadas, atau gantung diri, apalagi sampai membakar diri karena takut tidak bisa memberi makanan kepada keluarganya seperti yang pernah dilakukan oleh manusia beberapa bulan yang lalu. Padahal burung tempat mencari makanannya tidak pasti. Nampaknya seekor burung sangat menyadari betul bahwa demikianlah hidup, terkadang ada di atas, terkadang juga ada di bawah, terkadang ada kemudahan, terkadang juga ada kesulitan. Sewaktu-waktu perut kenyang, sewaktu-waktu juga perut lapar dan seterusnya. Lain halnya dengan seekor cacing yang kehidupannya jauh lebih tidak menguntungkan dari pada burung. Seekor cacing seolah-olah ia tidak punya sarana untuk mencari makanannya. Coba lihat dan perhatikan dengan seksama!. Seekor cacing tidak mempunyai tangan dan kaki atau bahkan ia tidak mempunya mata, kaki, dan telinga. Seekor cacing serupa tentunya dengan makhluk yang lainnya. Ia mempunya perut yang apabila tidak diisi dengan makanan, ia kelaparan dan akan mati. Walaupun dalam keadaan seperti seekor burung dan cacing, tetapi ia selalu usaha, tawakkal dan qona’ah. Bagaimana dengan manusia yang dianugrahi akal pikiran? Betapa malu dan bodohnya manusia apabila dikalahkan oleh seekor burung, apalagi oleh cacing. Bergurulah kepada seekor burung dan cacing. Jangan mudah putus asa. Perlu diingat bahwa dunia ini luas, tidak sesempit kuburan. Bila Pabrik Rotan, di mana tempat kita berusaha untuk mencari nafkah sedang dalam keadaan sepi, kenapa tidak mencari tempat usaha lain yang lebih menjanjikan dari pada rotan. Misalnya saja bertani, bercocok tanam, berjualan, atau bisnis barang-barang bekas seperti yang dilakukan oleh masyarakat panguragan. Pokoknya usaha apapun wajib dilakukan. Adapun hasil dari usaha tersebut, serahkan sepenuhnya kepada Allah swt. Allah Swt. pasti akan memberi rizki bagi para hambanya yang mau berusaha.
Banyak sekali hikmah dan keutamaan apabila kita mau menjalankan konsep hidup qona’ah, apalagi di masa krisis ini, diantaranya adalah:
Pertama: kita akan selalu Dzikrullah, ingat kepada Allah setiap saat. Karena sadar bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini semata-mata rencana dan kehendak-Nya. Dia Maha Mengetahui tentang segala sesuatu yang terjadi dan akan terjadi di masa yang akan datang.
Kedua: kita akan selalu merasa cukup dan puas terhadap rizki yang Allah berikan. Karena kita selalu menerima dengan ikhlas dan Ridho segala pemberian Allah. Hidup adalah cobaan. Ketika mendapat nikmat rizki dari Allah, hakekatnya kita sedang diuji apakah mau bersyukur atau tidak? Ketika mendapat musibah, hakekatnya kita sedang diuji oleh Allah, apakah bisa sabar atau tidak? Orang yang qona’ah, ia akan selalu sabar dan syukur.
Ketiga: kita akan selalu merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup, karena orang yang qona’ah selalu terhindar dari sifat-sifat tamak/rakus. Falsafah sunda mengatakan saeutik mahi, loba nyesa bahkan tiasa mereh. Sedikit cukup, banyak tersisa bahkan bisa memberikan kepada orang yang membutuhkan.
Akhirnya penulis menghimbau kepada masyarakat Cirebon, terutama yang sedang dilanda krisis agar selalu berusaha hidup secara qona’ah, bersabar dan bersyukurlah, Insya Allah kemenangan Allah akan segera didapat. Hanya kepada Allah kami mengabdi dan hanya kepada Allahlah kami memohon pertolongan. Semoga Allah senantiasa memudahkan segala hidup kita, dijauhkan dari berbagai musibah dan malapetaka. Amin.


* Penyuluh Agama Islam Kec. Plumbon



Tidak ada komentar:

Posting Komentar