Jumat, 21 Agustus 2009

MEMAHAMI KEBHINEKAAN

( Sebuah Renungan Peringatan HUT RI Ke 63 )

Oleh : Mursana, M.Ag


Pada tanggal 01 Juni 2008 lalu berbagai elemen masyarakat dari berbagai daerah , organisasi, dan LSM yang tergabung dalam Komunitas Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan ( AKKBB ) berencana mau melakukan rapat akbar di Lapangan Monumen Nasional ( Monas) dalam rangka memperingati hari lahir Pancasila. Siang itu mereka mendatangi kawasan tersebut, namun belum juga acara dimulai karena masih menunggu para peserta yang bakal hadir dalam acara itu, tiba-tiba sekelompok masa menamakan diri Komando Laskar Islam yang sebagian besar berseragam Front Pembela Islam (FPI) dipimpin oleh Munarman datang secara mendadak sambil meneriakan kalimat suci Allahu Akbar dengan wajah bringas mereka melakukan aksi kekerasan dan brutal dengan cara pemukulan dengan tangan dan alat ( benda keras ) terhadap peserta rapat akbar yang terdiri dari kaum ibu dan anak-anak disamping kaum lelaki. Tentu saja acara yang menurut rencana akan dihadiri oleh KH.Abdurrahman Wahid ini kacau balau tidak sesuai dengan rencana. Para korban kebrutalan FPI segera di bawa ke Rumah Sakit untuk diberikan pertolongan. Akibat kekerasan yang dilakukan oleh kelompok ini, banyak korban yang menderita patah tulang, geger otak, luka di kepala dan wajah yang tercatat oleh LBH berjumlah kurang lebih tujuh puluh orang termasuk diantaranya adalah KH. Maman Imanul Hak seorang Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mizan. Ulama kharismatik dari Kabupaten Majalengka ini mengalami luka yang cukup serius hingga sebagian yang luka harus diberikan beberapa jahitan. Beberapa jam setelah peristiwa monas pada malam hari timbul reaksi dari masyarakat Cirebon, sekelompok orang yang mengatasnamakan simpatisan warga NU melakukan aksi kecaman terhadap kebrutalan FPI di Monas dengan merobohkan plang papan nama yang bertuliskan PD FPI Wilayah Cirebon yang terletak di Desa Setu Kulon Kecamatan Weru. Pada hari-hari berikutnya berbagai aksi kecaman dan kutukan muncul dari berbagai daerah agar organisasi ini dibubarkan demi keutuhan NKRI. Pasalnya menurut mereka kelompok ini meresahkan masyarakat, terbukti dengan setiap aksinya selalu melakukan kekerasan ala bar-bar. Padahal Islam adalah agama yang mengajarkan kepada umatnya agar cinta damai, rukun, menghargai perbedaan ( kebhinekaan ), dan toleransi kepada umat lain seperti tercermin dalam alQur’an surat alKafirun ayat 6:

“Untukmu agamamu dan untukku agamaku”. Inilah prinsip Islam: santun dan indah yang diajarkan oleh nabi akhir zaman sayidina wa maulana Muhammad Saw. kepada umatNya.

Kecenderungan Anarkis

Apabila kita melihat kebelakang, dimana sejarah pernah mengukir dengan tinta emas di negeri yang terhampar ribuan pulau dari sabang sampai merauke bagaikan mutiara yang berkilau memantulkan cahaya kesuburan dan beraneka suku bangsa ras dan golongan, dapat hidup rukun dalam kebinekaan, dalam membangun kebersamaan dalam prospektif kehidupan, dalam suasana damai untuk saling bahu membahu membangun bangsa, disertai suasana demokratis, dengan hidup menghargai dan menghormati setiap perbedaan.

Negara-negara lain sampai mengacungkan jempol atas prestasi dan apresiasi terhadap apa yang diraih dalam membangun dan mengelola kebersamaan dan kerukunan umat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara itu. Kecuali itu, Negara lain datang untuk menimba pengalaman untuk kemudian di jadikan rujukan dalam pembinaan kerukunan umat beragama di negaranya masing-masing. Mereka terkesima, seakan tak percaya, nusantara yang berbhineka ini dapat terjalin keikaan dalam wadah Negara kesatuan Republik Indonesia. Yang datang bukan hanya pemimpin Negara dan pemerintahan, bahkan tokoh dan pemuka agama mereka dalam berkunjung menimba pengalaman.Tetapi Kenapa akhir-akhir ini sebagian komunitas masyarakat cenderung brutal dan anarkis dalam menyelesaikan masalah? Sebab Indonesia yang dulu mereka kenal sebagai bangsa yang menghargai setiap perbedaan, hidup dalam suasana rukun dan damai, kini tercabik-cabik oleh sisi negatif pluralis itu sendiri, karena lebih menonjolkan faktor kultur, faktor leluhur, dan primordialisme lainnya.

Kita tentu tidak dapat menutup mata begitu saja terhadap berbagai kejadian dan peristiwa kemanusiaan yang merendahkan martabat bangsa sehingga menyandang gelar negatif, ekstrimis, radikalis, anarkis dan teroris, dengan munculnya berbagai konflik di berbagai belahan Nusantara meskipun pelan namun harus pasti dapat diselesaikan secara kemanusiaan, demokratis, adil dengan menghargai keberadaan masing-masing sebagai salah satu komponen yang lengkap dalam sebuah bangsa. Peristiwa Monas yang terjadi pada tanggal 01 juni 2008 lalu tidak boleh dianggap remeh. Kepada Pemerintah dan pihak-pihak terkait hendaklah segera menyelesaikan kasus ini dengan mengedepankan nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan. Tindak tegas provokator dan para perusuh sesuai dengan hukum yang beralaku. Apabila tidak segera diselesaikan, maka peristiwa seperti di Ambon dan Poso akan meletus lagi yang berakibat goyahnya sebuah NKRI.

Menurut Efendi Zarkasyi, paling tidak ada empat alasan yang menyebabkan suatu komunitas bisa bertindak anarkis, diantaranya adalah; pertama, mereka telah terpengaruh dorongan syetan. Syetan adalah makhluk Allah yang memusuhi kebenaran dan suka berbuat kerusakan dan kekacauan. Oleh karena itu orang-orang yang terpengaruh dorongan syetan, maka tindakannya akan ikut memusuhi kebenaran,suka berbuat kerusakan dan kekacauan. Kedua, yang menjadi penyebab mereka melakukan tindakan anarkis ialah karena putus asa. Mereka merasa putus asa karena merasa gagal untuk memaksakan kehendak politiknya atau mungkin ideologinya, baik secara formal maupun konstitusional. Mereka gagal karena tidak mendapatkan dukungan. Terang saja tidak mendapatkan dukungan, sebab yang diperjuangkannya bukan kebenaran dan keadilan, serta melalui cara-cara yang tidak wajar dan inkonstitusional. Akibat gelap mata akhirnya menghalalkan segala cara, membuat provokasi (memancing kemarahan), makar, memutarbalikan fakta, dan menggerakan kerusuhan masa. Ketiga, yang menjadi penyebab mereka melakukan tindakan anarkis ialah karena mereka merasa golongan atau kelompoknya yang paling benar (ekslusif),sedangkan yang lainnya dianggap salah atau sesat. Oleh karena itu jika pendapat mereka sendiri tidak dipakai, sedangkan pendapat golongan lain yang dipakai, maka mereka akan selalu memperjuangkan pendapatnya dengan segala cara, termasuk menggunakan cara makar dan kekerasan. Dan Mereka tidak akan pernah mau mendengar dan menerima pendapat golongan lain, walaupun itu adalah sebuah kebenaran. Keempat, yang menjadi penyebab mereka melakukan tindakan anarkis ialah karena mereka mengira bahwa dengan tindakan itu situasi menjadi baik. Persangkaan itu tidak beralasan sama sekali, dan kenyataannya malah situasi semakin runyam dan kacau balau. Maka hendaklah kita pertimbangkan masak-masak sebelum bertindak, sehingga kita tidak terjebak pada perbuatan bodoh dan merusak. Orang yang berakal ialah orang yang selalu mempertimbangkan sesuatu secara matang sebelum bertindak. Sahabat Nabi Muhammad Saw., Ali bin Abi Thalib pernah berkata, ”lidah orang berakal dibelakang hatinya, dan hati orang yang bodoh dibelakang lidahnya”. (Nahjul Balaghah: 22). Keempat alasan inilah yang menyebabkan setiap kelompok masyarakat melakukan aksi anarkis, demi meraih sebuah tujuan dan idealisme, walaupun dengan cara yang tidak halal: merugikan, menyakitkan, dan membuat seseorang kehilangan nyawanya.

Islam Agama Rahmatal lil’alamin

Kata Islam berasal dari “aslama-yuslimu-islaman” yang berarti tunduk, patuh, pasrah, menyerahan jiwa dan raga kepada Allah, juga bisa saja berarti damai, selamat, dan sejahtera. Jadi Islam berarti agama yang mengajarkan kepada umatnya agar senantiasa tunduk, patuh, dan pasrah terhadap ajaran ilahi yang di bawa oleh nabi Muhammad Saw. demi terciptanya perdamaian, keselamatan, dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat.

Dari pengertian di atas bisa dipahami bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan umatNya supaya mengkampanyekan hidup damai kepada seluruh makhluk yang ada di alam jagat raya ini agar memperoleh keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Berikut ini akan diuraikan beberapa ajaran islam dan peristiwa pada zaman nabi Muhammad Saw. yang menggambarkan bahwa Islam adalah agama perdamaian dan rahmat bagi seluruh Alam, yaitu: 1) dalam Riyadhus Shalihin: 387, nabi Muhammad Saw. pernah bersabda,”Wahai sekalian manusia : tebarkan perdamaian (salam), berilah makanan kepada kaum lemah, eratkan silaturrahim, dirikan shalat malam, kalian bakal masuk sorga dengan kedamaian (salam). HR.AtTurmudzi. 2) dalam Al-adabun Nabawy: 23, nabi Saw. bersabda, “ Barangsiapa yang tidak menyayangi, maka tidak akan disayang”.HR.Muslim. 3) dalam kitab yang sama halaman 40, nabi Saw. bersabda, “Seorang perempuan disiksa (di Neraka) karena telah mengurung kucing sehingga mati, sebab kelaparan tidak diberi makan”.HR.Bukhari dan Muslim. 4) ketika ada janazah orang yahudi lewat di depan nabi Muhammad Saw., Beliau berdiri untuk menghormati sesama makhluk Allah Swt. 5) setiap nabi mau ke Masjid selalu diludai oleh seorang lelaki yahudi ketika lewat di depan rumahnya. Suatu hari lelaki tersebuts sakit, lalu Beliau menengoknya, hingga ia masuk Islam. 6) dalam Subulussalam,IV:182, Beliau bersabda, “tidaklah seseorang disebut gagah/kuat. sesungguhnya orang gagah/kuat adalah yang mampu menguasai hawa nafsunya ketika ia sedang dalam keadaan marah”.HR.Muttafaq ‘alaih.

Beberapa hadits dan peristiwa yang terjadi pada zaman nabi Muhammad Saw. di atas menggambarkan tentang indahnya syari’at Islam, bahwa Islam adalah agama rahmat (kasih saying), agama damai (salam), dan agama toleran yang senantiasa menghargai setiap perbedaan ( kebhinekaan ) yang terjadi di alam ini.

Perbedaan adalah Sunnatullah

Di dalam kitab suci alQur’an Allah Swt. Berfirman: “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya telah kami ciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan kami jadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling takwa di antara kalian. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. alHujurat:3). Dalam ayat ini Allah Swt. Memberikan ketegasan kepada kita bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam raya ini berbeda-beda: ada siang ada malam, ada laki-laki ada perempuan, ada yang baik ada yang buruk, ada yang kaya ada yang miskin, dan seterusnya. Begitu halnya dengan perbedaan pendapat dalam seluruh aspek kehidupan manusia merupakan satu fenomena yang telah lahir dan akan berkelanjutan sepanjang sejarah kemanusiaan. Tidak terkecuali pada umat Islam. Perbedaan sudah terjadi sejak masa Rasulullah Saw., walaupun tidak meruncing. Itu disebabkan karena para sahabat dapat menerima dengan penuh kesadaran keputusan-keputusan nabi Muhammad Saw., disamping juga tidak jarang dalam masalah-masalah keagamaan, Beliau membenarkan pihak-pihak yang berbeda.

Menurut Quraish Shihab (1992: 362), bahwa perbedaan pendapat antar kaum muslimin dalam soal-soal keagamaan mulai menonjul pada abad kedua hijrah. Dan sampai sekarang nampaknya perbedaan itu selalu ada, seperti yang terjadi di negeri ini tentang pro - kontra seputar Ahmadiyah dan tentang penerbitan SKB mentri tentang Ahmadiyah. Korban kekerasan dan pengrusakan terjadi di berbagai daerah. Puncaknya adalah pada tanggal 01 juni 2008 yang lalu.

Sebenarnya kekerasan yang terjadi di Monas tidak perlu terjadi, jika masing-masing kelompok bisa menahan diri, memahami arti perbedaan (kebhinekaan), tidak Ekslusif: merasa kelompoknya yang paling benar, dan di luar kelompoknya berarti salah semua, mau berdialog (kata Din syamsudin-Ketua umum PP.Muhammadiyah). Apabila ini dipahami dengan hati yang paling dalam,tidak akan ada kekerasan antar dan intern umat beragama yang merusak sendi-sendi persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui Momentum 17 Agustus 2008, Penulis mengajak kepada semua pihak hendaklah menyadari tentang pentingnya Ukhuwah islamiyah dan Wathoniyah demi tegaknya NKRI yang berbhineka tunggal ika.

Penulis; Mursana, M.Ag.

(Penyuluh Agama Islam Kec. Plumbon, Alumni Pesantren Darussalam Ciamis.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar