Minggu, 31 Januari 2010

WASIAT GUS DUR UNTUK BANGSA

Oleh : Mursana, M.Ag
(Ketua Pokjaluh Kandepag Kab.Cirebon, alumni Pesantren Darussalam Ciamis)

Sore itu pukul 18.45 wib. langit diselimuti mendung bahkan sebagian wilayah tanah air hujan cukup lebat. Suasana tersebut menggambarkan situasi bangsa Indonesia yang sedang berduka cita, karena satu lagi orang terbaik di negeri ini KH. Abdur Rahman Wahid atau yang popular dengan sebutan Gus Dur (mantan Presiden RI ke 4) meninggalkan kita semua. Suasana duka menghampiri keluarga sejak di Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta. Ribuan masyarakat Jakarta siap menunggu kedatangan jenazah Gus Dur di rumah duka Ciganjur. Saat jenazah Gus Dur tiba di Ciganjur umat Islam menyambutnya dengan bacaan kalimat Allah: tahlil, tahmid, takbir, dan tasbih. Kesedihan, rasa haru mengiringi para pelayat hingga air matapun tak terasa bercucuran di pipi. Berbagai kalangan masyarakat dari rakyat kecil sampai dengan para cendekiawan, menteri, dan bahkan orang-rang yang selama ini bersebrangan politik dan pemikiran, hadir secara bergantian ke rumah almarhum. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun, kalimat inilah yang paling tepat untuk diberikan kepadanya pada saat ini.
Besok harinya, kamis, 31 Desember 2009 Gus Dur dimakamkan secara militer di komplek Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur dengan Pembina upacara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Selama hidupnya mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama ini merupakan sosok yang paling luar biasa hebatnya dalam segala bidang. Atas kelebihannya inilah hingga banyak perguruan tinggi di dalam dan luar negeri menganugerahkan gelar Doktor HC. Beliau pejuang demokrasi yang tak pernah surut semangatnya walaupun sakit, pembela kaum tertindas dan minoritas, penegak keadilan, penjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan pejuang yang menegakkan paham pluralisme. Kini tokoh yang dikenal sebagai guru bangsa telah tiada untuk selama-lamanya, namun tugas kita sebagai anak bangsa adalah bagaimana menghidupkan kembali semangatnya untuk membangun bangsa ini. Adapun cara untuk menghidupkan semangat perjuangannya tiada lain kita harus melaksanakan beberapa wasiatnya, antara lain;
Pertama, wasiat memelihara demokrasi. Menurut beliau demokrasi berarti kebebasan berkeyakinan dan berpendapat adalah hak setiap individu. Oleh karena itu harus dijaga dan dipelihara. Siapapun tidak berhak memaksakan kehendaknya untuk membelenggu ekspresi kebebasan berkeyakinan dan berpendapat bagi seseorang, sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku. Dalam hal itersebut Negara harus menjamin kebebasan berkeyakinan dan berpendapat. Selain di luar, Gus Dur juga mengajarkan demokrasi di dalam lingkungan keluarganya. Sebagai contoh cucu pendiri NU ini selalu membebaskan anak-anaknya mau sekolah di mana, membebaskan pilihan hidup putri-putrinya sepanjang tidak keluar dari ajaran agama dan norma-norma yang berlaku. Demikian sebagaimana dijelaskan oleh putrinya Yenni Wahid dalam sebuah wawancara TV swasta. Lebih lanjut ia juga menegaskan bahwa Gus Dur itu laksana samudra luas. Beliau menerima semua orang dari berbagai latar belakang yang berbeda, dari yang punya niat baik sampai kepada yang berniat jahat, tetapi beliau selalu memberikan sesuatu yang terbaik kepada mereka.
Kedua, wasiat menghargai pluralisme. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau, multi agama, aneka suku, bahasa, dan budaya. Dari itulah akan menimbulkan pluralisme. Keberagaman itu apabila tidak diatur dengan baik, maka dipastikan akan menimbulkan gesekan-gesekan antar golongan. Misalnya kasus Ahmadiyah, Salamullah Lia Eden, AlQiyadah Islamiyah dan lain sebagainya yang terjadi pada masa lalu. Oleh karenanya harus difahami oleh setiap anak negeri bahwa perbedaan adalah sunnatullah yang tidak bisa dinafikan. Tugas kita adalah bagaimana meramu agar kebhinekaan tetap ika, perbedaan itu sebagai alat untuk pemersatu. Inilah barangkali yang disebut oleh nabi Muhammad Saw. bahwasannya perbedaan adalah rahmat. Gus Dur sering mencontohkan: onderdil mobil itu berbeda-beda bentuk dan kegunaannya. Antara satu dengan lainnya saling berkaitan dan saling menguatkan. Setelah onderdil diolah sesuai dengan fungsinya maka jadilah sebuah kendaraan yang kokoh dan kencang larinya. Maknanya adalah jika kebhinekaan bangsa ini diatur dengan sebaik-baiknya, saling menghargai satu sama lain, maka republik ini akan maju dan bisa sejajar dengan negara maju lainnya.
Ketiga, senantiasa memperhatikan orang yang tertindas. Selama hidupnya Gus Dur selalu memperhatikan orang-orang yang tertindas dan kaum minoritas. Karena Islam mengajarkan “ tolonglah saudaramu yang berbuat dzalim dan didzalimi”. Beberapa kasus misalnya beliau pernah membela kelompok Ahmadiyah, Inul darastita, orang-orang Tionghoa, dan kedekatan almarhum dengan orang-orang yang berbeda agama. Beliau juga yang pertama kali membebaskan orang Tionghoa melakukan ibadahnya. Padahal mayoritas umat Islam pada saat itu adalah membencinya, tetapi beliau malah mendekati dan membelanya. Inilah model keislaman yang ditawarkan oleh seorang Gus Dur. Ia selalu mengkampanyekan corak Islam rahmatal lil’alamiin kepada semua kelompok dan golongan.
Keempat, wasiat memelihara angka Sembilan. Coba perhatikan, Gus Dur wafat pada jam 18.45 wib. 18:1+8=9, lalu 45:4+5=9. Terus kalau dikalikan 18x18=324 (3+2+4=9). Dan 45x45=2025 (2+0+2+5=9). Sekarang lihat wafatnya pada tanggal 30. Coba kalikan 30x30=900 (9+0+0=9). Bulannya Desember (12), kalikan 12x12=144(1+4+4=9), tahunnya 2009 yang dilambangkan dengan 09. Coba kalikan lagi 09x09=081 (0+8+1=9). Kemudian Beliau dimakamkan di Tebuireng. Mari hitung kata Tebuireng, ada berapa huruf? Pasti ada 9. Dan terakhir beliau wafat pada tahun 1431 H. mari hitung lagi, 1+4+3+1=9. Sekarang apa makna dibalik angka 9 ini?. Kalau angka 9 dikaitkan dengan bintang lambang NU berarti beliau mewasiatkan agar menjaga Organisasi terbesar ini. Kalau dihubungkan dengan 99 maknanya beliau mewasiatkan agar memelihara asmaul husna. Sekarang bagaimana menurut anda? Terakhir, perhatikan ayat suci alQur’an surat 18:45; bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Demikian beberapa wasiat penting dari almarhum Gus Dur yang harus dijalankan oleh seluruh lapisan masyarakat dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bermartabat, sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Semoga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar