Minggu, 31 Januari 2010

PEJABAT DAN TUKANG PARKIR

Oleh : Drs.H.Rifa’I, M.Pd*


Saat beristirahat di sebuah tempat perbelanjaan di Kota Cirebon, Penulis tertegun dan sangat kagum ketika memperhatikan seorang tukang parkir yang sedang menjalankan profesinya. Ternyata dari tukang parkir itu, banyak hal positif yang harus kita ambil sebagai ‘ibrah dalam menjalankan kehidupan di alam fana ini. Coba lihat dan perhatikan tukang parkir. Ia adalah orang yang setiap saat magang di tempat-tempat perbelanjaan dan selalu mengenakan baju seragam berwarna orange. Hanya dengan bersenjatakan pluit yang ada di tangannya, ia mampu mengeruk rizki untuk menghidupi istri dan anak-anaknya, karena bisa mengatur dengan baik keluar-masuk kendaraan di setiap tempat perbelanjaan.
Bisa dibayangkan apabila tidak ada tukang parkir, mungkin pusat keramaian kota akan semrawut berantakan dan membuat pemandangan perkotaan menjadi tidak indah dan tidak nyaman. Siapa yang tidak kenal tukang parkir? Semua orang pasti mengetahui siapa si tukang parkir ini. Mari pelajari dengan hati yang paling dalam apa yang dilakukan oleh tukang parkir setiap hari. Ketika di lahan/area parkirnya begitu banyak mobil mewah atau motor keluaran terbaru, tetapi ia tidak sombong. Si tukang parkir selalu berusaha keras untuk menjaga kendaraan parkirannya sebaik mungkin. Begitu juga ketika kendaraan mobil mewah dan berbagai jenis motor itu, satu per satu meninggalkannya, ia tidak pernah sedih atau berputus asa. Bahkan ia selalu ramah dan memasang senyum lebar di bibirnya. Kenapa tukang parkir bisa seperti itu? Jawabannya karena sadar betul bahwa ia hanya bertugas menjaga dan merawat barang titipan itu dengan sebaik-baiknya. Ia tidak pernah merasa memiliki mobil mewah atau motor tersebut, karena memang bukan miliknya. Ia yakin suatu saat nanti mobil atau motornya, diambil kembali oleh sang pemiliknya.
Begitupun dengan atribut dan embel-embel yang selalu direbutkan banyak orang seperti pangkat, jabatan, kedudukan, harta benda yang melimpah, dan kecantikan. Sesungguhnya adalah milik Allah Swt., yang diamanatkan kepada makhluk-Nya. Dan pada saatnya nanti kalau yang maha memiliki dan menguasai alam semesta (Al-Malik) akan mengambil titipan-Nya, maka mau tidak mau harus ikhlas menyerahkannya.
Oleh karena itu tidak pantas bagi manusia berlaku sombong di atas bumi ini, Allah Swt. berfirman: “Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. Sesungguhnya kamu tidak akan mampu menembus (dalam) nya bumi, dan tidak akan mampu melebihi tingginya gunung” QS. Al-Isro’ : 37.
Akibat dari kecongkakan dan kesombongan manusia di muka bumi ini, lalu Allah Swt. memberikan teguran/peringatan berbentuk tsunami, gempa, longsor, wabah penyakit flu burung, demam berdarah, kebakaran, angin puting beliung, sekarang kebanjiran disejumlah wilayah di tanah air dan lain-lain, agar manusia kembali lagi ke jalan Tuhannya. Wa Inna Ilaihi Raji’uun.
Seorang pejabat tidak bedanya dengan tukang parkir. Mereka mempunya fungsi, tujuan, dan tanggungjawab yang sama, walaupun perannya berbeda. Jabatan adalah amanat atau titipan Allah Swt. yang diberikan kepada makhluknya. Begitu pula dengan profesi tukang parkir. Sebagai penerima jabatan, seorang pejabat harus memelihara dan menjaga amanatNya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan yang sengaja dibuat oleh sang pemberi amanat. Dalam hal peraturan sebagaimana tertulis dalam kitab suciNya yakni alQur’an dan alHadits. Ketika nabi Muhammad Saw. wafat, beliau tidak meninggalkan apa-apa kecuali kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Saw. Sebagaimana sabdaNya; “aku tinggalkan kepada kalian dua perkara. Apabila dua perkara itu kalian pegang erat-erat, maka kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu: kitab Allah (alQur’an) dan Sunnah RasulNya” (alHadits). Sebagai seorang pejabat biasanya/seringkali berbenturan dalam membuat suatu keputusan, antara memilih aturan perundang-undangan atau kebijakan, antara memilih kebijaksanaan dan kebijaksinian. Bila terjadi demikian, maka istafti fuadak, kafa bi nafsik, tanyakan kepada hati nuranimu? Karena suara hati adalah fitrah (godspot). Suara hati berarti suara kebenaran. Suara kebenaran (alhaq) berarti suara tuhan yang tercantum dalam kitab suciNya. Artinya kalau kita mengikuti suara hati, pasti aman.
Sebagai penutup dari tulisan ini, penulis ingin menyampaikan kepada masyarakat bahwa keputusan hidup yang dilakukan oleh tukang parkir adalah patut untuk diikuti. Ia tidak sombong dengan jabatan yang diembannya, walaupun terkadang jabatan yang diberikan oleh sang majikan itu terasa menyakitkan dengan berganti-ganti jabatan. Tergambar dalam raut mukanya penuh kegembiraan, karena ia yakin bahwa jabatan yang disandangnya adalah titipan. Ketika titipan itu diambil oleh yang punya, ia rela dan ihlash menerimanya. Sebab dengan begitu, menjadi ringanlah beban berat yang dipikulnya. Mutasi, promosi, dan rotasi adalah hal yang biasa dalam suatu jabatan. Maka orang yang paling baik merasakan kenikmatan hidup adalah orang yang mau menerima ketentuan tersebut. Seperti halnya nasib yang pernah dialami oleh tukang parkir. Dari sinilah dapat diambil suatu pelajaran bahwa setiap manusia, disamping punya kekurangan juga punya kelebihan yang tidak dimiliki oleh lainnya. Belajarlah kepada tukang parkir. Semoga.

*Drs.H.Rifa’i, M.Pd; Kepala Kandepag Kab. Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar