Kamis, 05 November 2009

ANTARA DOSA DAN MUSIBAH

Oleh: Mursana,M.Ag


Perjalanan inipun seperti jadi saksi. Gembala kecil menangis sedih ho ho ho. Kawan coba dengar apa jawabnya. Ketika aku tanya mengapa. Bapak ibunya telah lama mati. Ditelan bencana tanah ini. Sesampainya di laut, ku kabarkan semuanya. Kepada karang, kepada ombak, kepada matahari. Tetapi semua diam, tetapi semua bisu. Tinggalah ku sendiri terpaku menanatap langit. Barangkali disana ada jawabnya. Mengapa di tanahku terjadi bencana. Mungkin tuhan mulai bosan. Melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa. Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita. Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang. Ho ho ho. (Ebiet G.Ade)

Penggalan bait syair lagu di atas adalah gambaran kondisi negeri ini yang sedang sakit. Inna lillahi wa innaa ilaihi raji’uun, kalimat inilah yang paling tepat untuk diucapkan umat Islam Indonesia akhir-akhir ini. Karena bangsa Indonesia pada umumnya sedang mendapat teguran / peringatan dari Allah Swt. dengan datangnya musibah silih berganti. Mulai dari musibah Tsunami di penghujung tahun 2004 yang memakan korban ratusan ribu jiwa masyarakat Aceh meninggal dunia, disusul lagi tsunami di Nias Sumatra Utara, sampai dengan gempa di Yogyakarta, Jawa Tengah, Pengandaran, lalu di Bengkulu terjadi gempa berkekuatan 7,9 skala Richer disusul serangkaian gempa susulan sejumlah daerah di Indonesia dan sempat dinyatakan berpotensi tsunami pada hari Rabu 12 September 2007 sekitar pukul 18.10 WIB. Gempa Bengkulu berkekuatan 7,9 skala Richter membuat kerusakan berat di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat, kemudian disusul lagi pada awal tahun ini bencana Situ Gintung Tanggerang, lau disusul lagi Gempa bumi berkekuatan 7,3 skala richter pada hari Rabu 2 September 2009 sekitar pukul 14.55 WIB. di Tasikmalaya yang memakan korban diberbagai daerah di Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ratusan rumah, sekolah, dan tempat ibadah rusak berat dan puluhan jiwa tewas dalam musibah ini. Belum juga selesai mengatasi persoalan gempa di Tasikmalaya, dengan tidak disangka-sangka, pada hari yang sama pula, 30 September 2009 gempa berkekuatan 7,6 skala richter mengguncang Kota Padang Pariaman Sumatra Barat dan sekitarnya. Kalimat Thoyibah tersebut diucapkan sebagai bentuk kesadaran makhluk kepada Sang Kholik, bahwa semua makhluk di dunia ini adalah milik Allah dan suatu saat akan kembali kepada Allah Swt. Dengan demikian apabila bacaan tersebut diucapkan ketika terjadi musibah, maka berarti kita sedang diingatkan agar segera kembali kepada Allah, karena mungkin selama ini, kita sebagai makhluk telah jauh menyimpang dari rambu-rambu yang telah digariskan Allah Swt.

Ada apa dengan Bencana?

Setiap kali muncul / terjadi suatu bencana, sering orang bertanya-tanya, ada apa dengan bencana? Setiap orang beragam dalam menjawab pertanyaan seperti ini. Ada yang menjawab, terjadi karena pergeseran lempengan-lempengan yang ada di dasar laut, sehingga berpotensi menimbulkan gempa tektonik dan tsunami. Ada lagi yang menjawab, mungkin karena alam sudah tidak bersahabat dengan kita seperti dalam penggalan bait syair lagu di atas. Bahkan ada yang lebih radikal lagi jawabannya, karena alam sudah terlalu sering disakiti, dirusak, dizholimi (dieksploitasi) oleh manusia, maka alam marah yang membabi buta. Dan kalau alam itu sudah marah dan murka maka dampaknya adalah kepada manusia itu sendiri.

Semua jawaban di atas apabila disimpulkan, karena umat manusia sudah tidak lagi memelihara dan menjaga akhlak yang baik terhadap alam dan lingkungan hidup yang ada di sekitarnya. Sudah bosan rasanya telinga kita mendengar berita-berita yang menggambarkan tentang prilaku manusia yang berbuat tidak adil terhadap alam dan lingkungan. Padahal dampak dari perbuatannya itu akan kembali lagi kepada manusia itu sendiri. Sebut saja misalnya penebangan liar (penggundulan) hutan tanpa memperhatikan undang-undang yang berlaku, mengakibatkan banjir bandang dan longsor. Membakar hutan secara ilegal, untuk kepentingan oknum para pengusaha Kelapa Sawit, mengakibatkan asap tebal dimana-mana bahkan sampai ke negara tetangga. Dan pengeboran minyak tanpa memperhatikan peraturan yang berlaku, berdampak luapan lumpur yang tidak terkendali seperti di Sidoarjo dan lain-lain. Kenapa manusia tega berbuat demikian? Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:”Telah dihiasi pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia ” ( Q.S. 3:14).

Ayat ini mengisyaratkan bahwa setiap manusia diberi potensi hawa nafsu untuk mendapatkan rasa cinta kepada wanita cantik, ingin memiliki harta benda yang banyak seperti emas, perak, kuda pilihan (kendaraan mewah), binatang ternak dan sawah ladang (Az-Zuhaily:1998). Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan semuanya itu, walaupun dengan berbagai cara, tidak peduli apakah cara yang digunakan itu merusak alam dan lingkungan atau tidak, yang penting bagi dirinya bahwa tujuan itu tercapai. Maka dari sinilah awal mula proses terjadinya kerusakan alam yang mengakibatkan bencana yang sangat dahsyat di negeri ini.

Tugas Manusia

Manusia sebagai khalifah telah diperintakan Allah Swt.untuk memelihara, melestarikan dan mempergunakan lingkungan hidup untuk kepentingan manusia itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt.dalam al Qur’an :”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu untuk memakmurkannya” (Q.S.11: 61).

Az Zuhaily (1998) menafsirkan ayat tersebut, bahwa alam ini diciptakan untuk kita dan kita diperintakan untuk melestarikan, memakmurkan dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya untuk kepentingan diri kita sendiri. Namun harus diingat, bahwa kita harus menjaga keseimbangan alam dan lingkungan hidup. Janganlah kita membuat kerusakan di muka bumi ini, tidak boleh mengeksploitasi alam hanya untuk kepentingan nafsu serakah. Misalnya menebang pohon seenak udelnya tanpa menanam kembali pohon sebagai pengantinya. Karena akan mengakibatkan bencana bagi manusia itu sendiri, sebagaimana telah dijelaskan pada awal tulisan ini.

Sebagai bangsa Indonesia sepantasnya harus banyak bersyukur nikmat kepada Sang Kholik, karena sudah banyak dimanjakan oleh Nya dengan kesuburan tanah yang dapat menumbuhkan berbagai macam tanaman, orang bilang tanah kita tanah sorga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman, hasil hutan dan lautan yang melimpah ruah tak terhitung banyaknya, keindahan alamnya yang menarik para wisatawan, kandungan minyak bumi, gas, emas, batubara dan lain-lain. Semua itu patut disyukuri dengan memelihara, melestarikan dan memanfaatkannya sebanyak-banyaknya untuk kepentingan masyarakat.

Salah satu cara bersyukur adalah memanfaatkan lingkungan hidup tersebut di jalan yang diridhoi Allah Swt. Namun bila mempergunakan lingkungan hidup di jalan yang dimurkai Allah Swt., misalnya membiarkan bumi (tanah) dan berbagai macam kemaksiatan tumbuh subur di negeri ini, para pemimpin negara banyak yang korupsi, kaum muda-mudi tidak risih memamerkan auratnya di depan umum, tayangan TV penuh dengan pornografi dan pornoaksi, maka jangan heran bila bencana silih berganti, sebagai peringatan dari Allah Swt. na’udzu billah min dzalik.

Perspektif Islam

Islam memandang bahwa segala musibah yang terjadi di alam ini akibat perbuatan manusia itu sendiri. Seperti dalam firman Allah SWT. “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)” Q.S. 30:41. Dalam ayat ini menjelaskan bahwa musibah yang terjadi baik di daratan maupun di lautan akibat ulah manusia yang mengumbar hawa nafsunya untuk kepentingan dirinya. Dan musibah sengaja Allah SWT. timpakan kepada manusia agar manusia kembali ke jalan Tuhannya yakni jalan yang benar.

KH. Effendi Zarkasyi berpendapat; paling tidak ada empat kesalahan yang dilakukan manusia, sehingga Allah SWT. menurunkan musibah di negeri ini yaitu:

Pertama; umat sekarang cenderung sombong dan angkuh. Manusia dengan segala kemampuannya merasa diri paling kuat dan paling pinter, sehingga dengan kekuatan dan kepintarannya itu mereka bertindak atas kehendak mereka sendiri. Mereka menganggap bahwa potensi dan segala kemampuannya itu adalah murni hak dan miliknya, mereka bebas menggunakan seenak udelnya, sehingga menjadi budak nafsu mereka sendiri. Kesombongan dan keangkuhan manusia sekarang ini sudah seperti Fir’aun. Kedua; mereka telah berlaku zholim. Perbuatan zholim adalah akibat dari kesombongan dan keangkuhan. Akibat dari sikap seperti itu melahirkan kesewenang-wenangan, khianat, tidak adil, tidak jujur, curang, korup, menindas dan lain-lain. Ketiga; mereka menghindari nikmat Allah SWT (kufur nikmat). Manusai jika dikarunia harta kekayaan melimpah ruah oleh Allah, biasanya mereka semakin lupa diri dan kufur nikmat. Puncak kealpaan meraka ialah meraka menganggap bahwa harta dan seluruh kekayaannya itu sepenuhnya dari hasil keringat dan kemampuan ilmunya sendiri. Akibat dari kekufurannya ini, mereka tidak mau menginfakkan sebagian harta mereka kepada para mustahiknya. Keempat; mereka telah merendahkan martabat kaum wanita. Kaum wanita dijadikan penghibur di kantor-kantor, di Bank-bank, di pasar dan lain-lain. mereka diperintahkan memamerkan aurat mereka untuk dijadikan alat bisnis. Akibatnya timbul perselingkuhan, perzinahan, pemerkosaan dan pembunuhan.

Melalui tulisan ini penulis mengajak kepada seluruh umat Islam agar melakukan taubat nashuha, perbanyak istighfar, eratkan silaturahim dengan alam sekitar, lebih-lebih di bulan suci Ramadhan ini. Semoga.

Mursana, M.Ag. : Ketua Pokjaluh Kandepag Kab.Cirebon, Alumni Pesantren Darussalam Ciamis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar